CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sidebar

Minggu, 26 Mei 2013

HIDROLISIS GARAM

Standar Kompetensi : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya

Kompetensi Dasar : Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut

Tujuan : Untuk mengetahui sifat larutan garam yang terhidrolisis

Teori :

Hidrolisis adalah peristiwa penguraian garam oleh air membentuk basa dan asamnya kembali. Larutan garam ada yang bersifat asam, basa atau netral, tergantung dari asam – basa penyusunnya.

a. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat mengalami hidrolisis sebagian (hidrolisis sebagian)

b. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah juga mengalami hidrolisis sebagian

c. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis total.

Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam kuat dalam larutan tidak mengalami hidrolisis sehingga konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan adalah sama dan larutan garam ini bersifat netral (pH = 7)

Untuk mengetahui sifat larutan garam, dapat dilakukan melalui kegiatan berikut :

Alat dan Bahan :

1. Lempeng Tetes

2. Pipet Tetes

3. Kertas Lakmus merah dan Biru

4. Larutan KCl 1 M

5. Larutan NaCH3COO 1 M

6. Larutan NH4Cl 1 M

7. Larutan Na2CO3 1 M

8. Larutan Al2(SO4)3 1 M

Cara Kerja :

1. Siapkan masing – masing larutan

2. Setiap larutan diteteskan dalam lempeng tetes sekitar 10 tetes

3. Periksa larutan dengan mencelupkan kertas saring merah dan biru

4. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus

Hasil Pengamatan :

No
Larutan
Perubahan Warna
Sifat
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1.
KCl
Merah
Biru
Netral
2.
NaCH3COO
Biru
Biru
Basa
3.
NH4Cl
Merah
Merah
Asam
4.
Na2CO3
Biru
Biru
Basa
5.
Al2(SO4)3
Merah
Merah
Asam

Pertanyaan         :

1. Garam manakah yang mengalami hidrolisis sebagian dan garam yang tidak terhidrolisis ?
Hidrolisis Sebagian : NaCH₃COO, NH₄Cl, Na₂CO₃
Tidak Terhidrolisis : KCl

2. Tuliskan reaksi garam yang mengalami hidrolisis !
·         CH3C00- + H2O <---> CH3COOH + OH-
·         NH4 + H2O <---> NH4(OH) + H+
·         CO32- + H2O <---> H2CO3 +OH-
·         AL3+ + H2O <--> AL(OH)3 + H+


Kesimpulan :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, garam-garam yang terhidrolisis yang memiliki sifat asam yaitu NH4Cl dan Al2(SO4)3 sedangkan yang memiliki sifat basa yaitu NaCH3COO dan Na2CO3


MENGAMATI SIFAT GARAM SUKAR LARUT


Kompetensi Dasar : Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan

I. Tujuan : Membuat garam yang sukar larut dalam air

II. Alat dan Bahan :

- Rak tabung reaksi

- Tabung Reaksi

- Pipet Tetes

- Larutan AgNO3 0,1 M

- Larutan BaCl2 0,1 M

- Larutan Na2SO4 0,1 M

- Larutan NaCl 0,1 M

- Larutan K2CrO4 0,1 M

III. Cara Kerja :

Percobaan A :

1. Masukkan larutan NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan B :

1. Masukkan larutan Na2SO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Na2SO4. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan C :

1. Masukkan larutan AgNO3 0,1 M ke dalam tabung reaksi sampai setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan AgNO3. Amati dan catat perubahan yang terjadi

Percobaan D :

1. Masukkan larutan BaCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi setinggi ± 2 cm dengan menggunakan pipet tetes

2. Tambahkan 5 tetes larutan K2CrO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang berisi BaCl2. Amati dan catat perubahan yang terjadi

IV. Hasil Pengamatan



Percobaan
Pencampuran
Pengamatan (Hasil yang terjadi setelah reaksi)
A
AgNO3 + NaCl
Putih, ada endapan (putih)
B
Na2SO4 + K2CrO4
Kuning, tidak ada endapan
C
AgNO3 + K2CrO4
Merah bata, ada endapan (hitam)
D
BaCl2 + K2CrO4
Kuning, ada endapan (putih)

V. Pertanyaan

1. Tuliskan persamaan reaksi ion yang terjadi pada percobaan A, B, C dan D !


Percobaan A:
(Ag⁺ + NO₃⁻)  +  (Na⁺ + Cl⁻)  ==>  (Ag⁺ + Cl⁻)  +  (Na⁺ + NOᵌ⁻)
Percobaan B:
(2Na⁺ + SO₄⁻)  +  (2K⁺ + CrO₄⁻)  ==>   (2Na⁺ + CrO₄²⁺)  +  (2K⁺ + SO₄²⁻)
Percobaan C:
(Ag⁺ + NO₃⁻) + (2K⁺+CrO₄⁻)  ==>  (2Ag⁺+CrO₄²⁻) + (K⁺+NO₃⁻)
Percobaan D:
(Ba²⁺+2Cl⁻) + (2K⁺+CrO₄²⁻)   ==>  (Ba²⁺+ CrO₄²⁻) +  (K⁺+ Cl⁻)

2. Tuliskan nama dan rumus kimia keempat elektrolit sukar larut yang terbentuk pada pecobaan ini!

AgCl : Perak klorida
Na₂CrO₄ : Natrium Kromat
Ag₂CrO₄ : Perak Kromat
BaCrO₄ : Barium Kromat

3. Bagaimana rumus Ksp keempat elektrolit pada pertanyaan no. 1 terhadap konsentrasi dan kelarutan ?

A. Ksp AgCl = [Ag⁺][Cl⁻] = S²
B. Ksp Na₂CrO₄ = [2Na⁺][CrO₄²⁻] =4Sᵌ
C. Ksp Ag₂CrO₄ = [2Ag⁺][CrO₄²⁻] = 4Sᵌ
D. Ksp BaCrO₄ = [Ba²⁺][ CrO₄²⁻] = S²

4. Diketahui data Ksp sebagai berikut :


Senyawa
Ksp
AgCl
1,7 x 10-10
Ag2CrO4
1,9 x 10-12


a.    Hitunglah kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dalam 1 liter air murni (dalam g/L air)!

AgCl dalam air:
 Ksp       = S²
 1,7 x 10⁻¹°=S²
 S = √1,7 X 10⁻¹°
    = √1,7 X 10⁻⁵

 Ag₂CrO₄ dalam air:
 Ksp = 4Sᵌ
 1,9 X 10⁻¹² = 4Sᵌ
 S=ᵌ√1,9 X 10⁻¹² ̸ 4
   = 7,8 X 10⁻⁵

 b.   Hitunglah kelarutan AgCl dalam 1 liter NaCl 0,1 M (dalam mol/L)!
 NaCl = Na⁺ + Cl⁻
               =Cl= 0,1 . 1 =0,1
 Ksp AgCl —> [Ag⁺][Cl⁻]
 1,7 x 10⁻¹° =   S   .   [0,1]
 S  = 1,7 x 10⁻¹°̸ 1 x 10⁻¹
     = 1,7 x 10⁻⁹

 c.    Hitunglah kelarutan Ag2CrO4 dalam 1 liter AgNO3 0,1 M (dalam mol/L)

AgNO₃ = Ag⁺ + NO₃⁻
                   = Ag= 0,1 . 1 =0,1
 Ksp Ag₂CrO₄—>[2Ag⁺]² [CrO₄²⁻]
   1,9 X 10⁻¹²  =    [0,1]² . S
          S            =     1,9 X 10⁻¹²  ̸ 1 x 10⁻²
                        = 1,9 x 10⁻¹°

VI. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan, garam yang mengendap yaitu AgCl (perak klorida), Ag₂CrO₄ (perak kromat) dan BaCrO₄ (barium kromat)







Anggota Kelompok : M.Aufa, Mahersya, Nabilah C, NurTrian (XI IPA 2)

Kamis, 23 Mei 2013

SISTEM KOLOID


STANDAR KOMPETENSI : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari – hari

KOMPETENSI DASAR : Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan – bahan yang ada di sekitar

JUDUL PRAKTIKUM : PEMBUATAN KOLOID

TUJUAN : Membedakan serta memahami pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi

TEORI : Ukuran Partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu, sistem koloid dapat dibuat dengan pengelompokkan (agregasi) partikel sejati atau menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara pembuatan koloid antara lain :

1. Cara Kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut

2. Cara Dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig)

ALAT DAN BAHAN :

A. Alat :

1. Lumpang 7. Gelas Ukur

2. Gelas Kimia 8. Labu erlenmayer

3. Tabung Reaksi dan rak 9. Pipet Tetes

4. Pembakar spirtus 10. Neraca

5. Pengaduk kaca

6. Kaki tiga dan kasa kawat

B. Bahan :

1. Gula pasir 5. Larutan FeCl3 jenuh

2. Serbuk belerang 6. Larutan sabun

3. Agar – agar 7. Aquadest

4. Minyak tanah 8. Susu

CARA KERJA :

Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi

a. Sol belerang dalam air

1. Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus

2. Ambil 1 bagian campuran dan campurkan dengan 1 bagian gula, lalu gerus sampai halus

3. Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi 50 ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.

b. Sol agar – agar dalam air

1. Ambil agar – agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih

2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi

Percobaan B : Pembuatan sol dengan cara kondensasi

1. Panaskan 50 ml air dalam gelas kimia 100 ml sampai mendidih

2. Tambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya

Percobaan C : Pembuatan emulsi

1. Masukkan 1 ml minyak tanah dan 5 ml air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi di rak

2. Masukkan 1 ml minyak tanah, 5 ml air dan 15 tetes larutan sabun ke dalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung tersebut.


Percobaan D : Proses Koagulasi
1. Tuangkan 50 ml susu ke dalam gelas kimia.
2. Tambahkan 5 ml asam asetat/asam cuka ke dalam gelas kimia tersebut.
3. Amati apa yang terjadi

V. HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN
KEGIATAN PEMBUATAN
HASIL
A
a. Sol Belerang (Dispersi)
Warna keruh dan terdapat endapan

b. Sol agar - agar (Dispersi)
Mengental dan keruh
B
Sol Fe(OH)3  (Kondensasi)
Warna merah kecokelatan
C
a. Campuran air dan minyak tanah
Minyak tidak menyatu dengan air

b. Campuran minyak tanah, air dan sabun
Keruh, dan tercampur karena adanya detergent
D
Campuran susu dengan cuka
Terjadi penggumpalan

VI. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi
Dispersi : Dari partikel besar ke partikel kecil (Suspensi -> Koloid)
Kondensasi : Dari partikel kecil ke partikel besar (Larutan -> Koloid)
2. Apa fungsi gula dalam pembuatan belerang?
Sebagai zat yang membantu belerang membentuk koloid dalam air karena sifat gula yaitu akan membuat larutan dalam air.
3. Apa yang terjadi pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan ke dalam air menididh? Tuliskan reaksi kimianya!
Airnya berubah menjadi merah kecokelatan dan partikelnya menyebar ke seluruh cahaya.
FeCl3 + 3H2O --> Fe(OH)3 + 3HCl

Kesimpulan :
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa Dispersi merupakan proses pembuatan koloid dari partikel besar ke partikel kecil (suspensi -> koloid), contohnya adalah sol belerang dan sol agar - agar. Sedangkan Kondensasi merupakan proses pembuatan koloid dari partikel kecil ke partikel besar (larutan -> koloid), contohnya adalah sol Fe(OH)3.


Kelompok : M.Aufa, Mahersya, Nabilah C, Nurtrian
Kelas : XI IPA 2

Kamis, 28 Februari 2013

TITRASI ASAM - BASA

STANDAR KOMPETENSI : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan terapannya

KOMPETENSI DASAR : Menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dan hasil titrasi asam basa

I. Tujuan

A.Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH

B.Menentukan kadar asam asetat dalam cuka dapur dengan titrasi asam basa

II. Teori

Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu suatu larutan. Dalam titrasi zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indicator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut larutan baku atau larutan tandar, sedangkan indicator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.

Berdasarkan pengertian titrasi, maka titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (titrant) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter(titrant) suatu larutan asam, dengan reaksi umum yang terjadi ;

Asam + Basa —> Garam + Air

Reaksi penetralan ini terjadi pada proses titrasi. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahan warna dari indicator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Dengan demikian, pada keadaan tersebut (titik ekivalen) berlaku hubungan :

Va.Ma.a = Vb.Mb.b

Va = Volume asam (L)

Ma=Molaritas asam

Vb = Volume basa (L)

Mb = Molaritas basa

a = valensi asam, b = valensi basa

Pada percobaan ini, akan ditentukan konsentrasi HCl dalam Molar dengan menggunakan larutan NaOH dan indikator fenolftalein.

Titrasi Asam kuat dengan Basa kuat

Titrasi Larutan HCl 0,1 M oleh larutan NaOH 0,1 M

Reaksi : HCl + NaOH —> NaCl+ H2O

Percobaan B : Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur

Titrasi larutanCH3COOH oleh larutan NaOH 0,1 M

Reaksi : CH3COOH + NaOH —–> CH3COONa + H2O

Reaksi ion bersih : CH3COOH + OH- —–> H2O + CH3COO-

Dalam titrasi ini dipilih indikator PP (fenolftalein). Pemilihan indikator tergantung pada titik setara (ekivalen) dan titik akhir titrasi. Indikator PP mempunyai selang pH = 8,3 – 10,0. Pada kondisi asam (pH < 7), indikator pp tidak memberi perubahan warna, sedang pada kondisi basa (pH>7) indikator PP memberi warna merah muda.

III. Alat dan Bahan

A. Alat :
Labu erlenmayer 125 ml
Pipet Volumetrik 10 ml
Buret
Labu ukur
Statif dan Klem
Corong Kecil
Botol Semprot
Pipet tetes
Gelas Kimia 100 ml

B. Bahan :
Larutan HCl 0,1 M
Larutan asam cuka
Larutan NaOH 0,1 M
Indikator PP

IV. Cara Kerja
Percobaan A : Titrasi Asam Kuat dan Basa Kuat
1. 10 ml larutan HCl M diambil dengan pipet volumetrik lalu dipindahkan ke dalam labu erlenmayer 250 ml
2. 5 tetes indikator PP ditambahkan ke dalam labu erlenmayer tersebut
3. Siapkan buret, statif dan kelm
4. Buret diisi dengan larutah NaOH 0,1 M tepat ke garis nol
5. Kran buret dibuka secara perlahan sehingga NaOH tepat mengalir ke dalam labu elrenmayer
6. Titrasi dilakukan sehingga didapatkan titik akhir titrasi (pink muda). Selama NaOH ditambahkan goyangkan labu erlenmayer agar NaOH merata ke seluruh larutan. Amati perubahan warna yang terjadi. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
7. Langkah 1 dan 6 diulangi, sehingga didapatkan dua data titrasi.

Percobaan B : Titrasi Asam Cuka dengan Basa Kuat
1. 10 ml larutan asam cuka diambil dengan pipet volumetric lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, air ditambahkan hingga tanda batas
2. Pipet sebanyak 10 ml larutan tersebut ke dalam labu erlenmayer 125 ml, 5 tetes larutan indicator PP ditambahkan
3. Titrasi dilakukan sehingga didapatkan titik akhir titrasi. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi
4. Langkah 2 dan 3 diulangi hingga diperoleh dua data titrasi.

V. Hasil Pengamatan
A. Volume titik akhir titrasi asam kuat-basa kuat

NO
Volume HCl
Volume NaOH
1
10 ml
9 ml
2
10 ml
8,5 ml

B. Volume titik akhir titrasi asam cuka-basa kuat

NO
Volume HCl
Volume NaOH
1
10 ml
4 ml
2
10 ml
5,3 ml


VI. Pertanyaan

1. Bagaimana perbedaan titrasi A dan B ditinjau dari pH titik ekivalennya?
A = 8,75
B = 4,65

2. Hitunglah konsentrasi larutan HCl dengan data percobaan A

Va.Ma.a = Vb.Mb.b
10.Ma.1 = 8,75.0,1.1
10.Ma = 0,875
Ma = 0,0875
Ma = 0,9

3. Hitunglah konsentrasi larutan Cuka dengan data percobaan B


Fp.Va.Ma.a = Vb.Mb.b

100/10.10.Ma.1 = 4,65.0,1.1

100.Ma = 0,465

Ma = 0,465.10-2 = 4,65.10-3



4. Mengapa pada setiap titrasi asam basa diperlukan indikator?

Karena indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir.


VII. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan HCl yang mengacu pada data percobaan A adalah sebesar 0,9 M. Sedangkan kadar asam asetat dalam cuka dapur melalui percobaan B adalah sebesar 4,65.10⁻M.


Anggota KelompokM.Aufa, Mahersya Eva, Nabilah Calista, Nurtrian (XI IPA 2)












Senin, 21 Januari 2013

Memperkirakan pH Larutan Dengan Beberapa Indikator

Standar Kompetensi : Memahami sifat – sifat larutan asam basa, metode pengukuran dan penerapannya


Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan teori – teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan



Teori :

Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam atau basa dapat dilakukan dengan menggunakan indicator kertas lakmus. Namun, apabila ingin mengetahui berapa pH suatu larutan diperlukan indicator universal atau pH meter. Ada juga cara lain, yaitu dengan menguji larutan terebut dengan beberapa larutan tersebut dengan beberapa indicator yang telah diketahui trayek pH nya seperti pada tabel .trayek pH dan perubahan warna beberapa larutan indicator.

No.
Indikator
Perubahan Warna
Trayek pH
1.
Metil Jingga
Merah – Kuning
2,9 – 4,0
2.
Metil Merah
Merah – Kuning
4,2 – 6,3
3.
Bromtimol Biru
Kuning – Biru
6,0 – 7,6
4.
Fenolftalein
Tak berwarna – Merah
8,3 – 10,0
5.
Lakmus
Merah – biru
5,5 – 8,0



Indikator asam dan basa adalah zat yang dapat memberikan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa. Melalui perbedaan warna tersebut akhirnya dapat diperkirakan kisaran pH suatu larutan. Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator. Salah satu indikator yang umum digunakan dalam pengujian larutan asam dan basa adalah kertas lakmus. Kertas lakmus terdiri dari 2 warna yaitu lakmus biru dan lakmus merah. Jika larutan bersifat asam, maka kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah tidak akan berubah warna (tetap berwarna merah). Jika suatu larutan bersifat basa, maka kertas lakmus biru tidak akan berubah warna (tetap biru) sedangkan kertas lakmus merah akan berubah warna menjadi biru. Namun jika tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus (lakmus biru tetap biru dan lakmus merah tetap merah) maka larutan tersebut bersifat netral.

Tujuan : Memperkirakan pH beberapa larutan dengan menggunakan kertas lakmus dan beberapa larutan indicator asam basa



Alat dan Bahan :

1. Tabung Reaksi

2. Pipet Tetes

3. Rak Tabung

4. Larutan A, B, C

5. Air sumur

6. Air sungai

7. Air Cucian Beras

8. Air Sabun

9. Air Kelapa

10. Air Teh

11. Larutan Indikator Asam Basa : MM, MJ, BTB dan PP



Cara Kerja :

1. Masing - masing larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung.

2. Sifat larutan diuji dengan kertas lakmus merah dan biru, kemudian perubahan warna yang terjadi dicatat.

3. Larutan A dimasukkan ke dalam empat buah tabung reaksi sebanyak 1/4 tabung.

4. Larutan indicator Metil Merah diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada tabung 1, Metil Jingga pada tabung 2, Bromo Timol Biru pada tabung 3 dan Fenol Ftalein pada tabung 4.

5. Perubahan warna yang terjadi diamati.

6. Hal yang sama (langkah 3 – 5) dilakukan pada larutan yang lain.



Hasil Pengamatan :

1. Pengujian dengan kertas lakmus.



No.
Larutan
Perubahan Warna
Perkiraan pH
Lakmus Merah
Lakmus Biru
1.
A
Biru
Biru
≥ 8,0
2.
B
Merah
Biru
5,5 – 8,0
3.
C
Merah
Merah
≤ 5,5
4.
Air Sumur
Merah
Biru
5,5 – 8,0
5.
Air Sungai
Merah
Biru
5,5 – 8,0
6.
Air Sabun
Merah
Biru
5,5 – 8,0
7.
Air Teh
Merah
Biru
5,5 – 8,0
8.
Air Cucian Beras
Merah
Biru
5,5 – 8,0
9.
Air Kelapa
Merah
Merah
≤ 5,5



2. Pengujian dengan larutan indikator

No.
Larutan
Perubahan Warna
Perkiraan pH
MM
MJ
BTB
PP
1.
A
Kuning
Jingga
Biru
Ungu
≥ 10,0
2.
B
Merah
Merah
Kuning
Tidak berwarna
≤ 2,9
3.
C
Merah
Merah
Pink
Tidak berwarna
≤ 2,9
4.
Air Sumur
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
5.
Air Sungai
Kuning
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
6.
Air Sabun
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
7.
Air Teh
Jingga
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
8.
Air Cucian Beras
Kuning
Jingga
Hijau
Tidak berwarna
6,0 – 7,6
9.
Air Kelapa
Merah
Jingga
Kuning
Tidak berwarna
2,9 – 4,0



Pembahasan :

1. Sebutkan larutan apa saja yang bersifat asam, basa dan netral!

· Asam : Larutan C dan larutan air kelapa.

· Basa : Larutan A.

· Netral : Larutan B, larutan air sungai, larutan air sumur, larutan air PAM, larutan air the dan larutan air cucian beras.

2. Bagaimanakah nilai pH untuk larutan yang bersifat asam, basa dan netral!

· Asam : < 7 (1-6) dimana semakin ke kiri maka semakin asam.

· Basa : > 7 (8-14) dimana semakin ke kanan maka semakin basa.

· Netral : 7

Kesimpulan :

Apabila kita menguji berbagai larutan dengan menggunakan indicator berupa kertas lakmus, kita hanya bisa menentukan jenis larutannya saja (asam, basa atau netral). Sedangkan jika kita menggunakan larutan indicator, kita dapat mengetahui lebih spesifik besar pH-nya.

Kelompok : Mahersya Eva H, Nabilah Calista Balqis A, M. Aufa, Nurtrian

Kelas : XI IPA 2